Kelinci
Seorang sahabat saya bercerita bagaimana ia belajar bersabar (tidak cepat marah) di tengah-tengah keluarganya.
Anak-anaknya memelihara seekor kelinci. Suatu hari kelinci mereka terkena penyakit kulit yang menyebabkan bulu-bulu kelinci itu rontok (mungkin disebabkan oleh jamur). Anak-anak sedih dan berkeinginan untuk mengobati kelinci.
Ketika keinginan mengobati penyaki kelinci tersebut diungkapkan kepada sahabat saya. Sahabat saya terkejut. Prinsip ekonominya langsung ia jalankan! Kelinci itu dibeli dengan harga Rp 35000,- sedangkan biaya perobatan kelinci ke dokter hewan minimal Rp 50000,-
Ia menawarkan kepada anak-anaknya untuk membeli kelinci baru. Tapi anak-anak tidak setuju dan tetap ingin membawa kelinci itu ke dokter hewan. Karena sahabat saya baru belajar untuk bersikap sabar, maka ia (terpaksa) mengikuti anak-anak untuk membawa kelinci itu ke dokter hewan.
Tapi ternyata sahabat saya masih terus berfikir tentang keuangannya. Ia memulai mengajak anak-anak untuk berfikir sosial. Ia berkata "bayangkan jika uang Rp 50000 kita sedekahkan kepada pengemis, tentulah itu sangat berarti bagi seorang pengemis dari pada seekor kelinci"
tapi dengan bijak anaknya berkata.." aku tidak pernah melihat ayah memberikan uang Rp 50000,- kepada pengemis"
Ups...dia tertegur oleh pernyataan anaknya. Akhirnya mereka sampai di dokter hewan. Dokter hewan memahami hati anak-anak...mereka dikenakan biaya Rp 40000,- plus gratis pengobatan selanjutnya.
teman saya belajar untuk bersabar ia perlu memahami perasaan anak-anaknya bukan mengalihkannya kepada sosial palsu yang ia ajukan.
silakan di klik
Monday, September 10, 2012
Thursday, September 6, 2012
In i artikel saya kutip lagi dari sebuah situs Parenting.
Latih Anak Pintar Menjaga Diri
- Beritahu lokasi. Ini berarti dia harus minta izin dulu pada orang tua, guru, atau pengasuhnya sebelum pergi bersepeda, main ke rumah teman, atau pergi jalan-jalan bersama kakek, nenek, atau siapa pun juga.
- Tidak pergi sendirian. Katakan pada si kecil untuk mengajak temannya jika ingin bermain di luar rumah. Bermain berdua, apalagi bersama sekumpulan teman, akan lebih menyenangkan dan aman baginya ketimbang sendirian.
- Hindari tempat sepi. Tempat-tempat yang sepi, seperti rumah kosong atau jalan kecil yang gelap termasuk dalam kategori tempat yang tak boleh dikunjunginya.
- Definisikan orang asing. Beritahukan padanya siapa saja yang layak dipercaya dan mana yang masuk kategori orang asing. Orang tak dikenal yang kelihatannya baik—berbicara dengan tutur kata manis atau memberi permen, tetap saja masuk kategori orang asing yang mesti diwaspadai.
- Serahkan pada orang dewasa. Menolong orang lain memang perbuatan mulia. Tetapi, orang dewasa yang bertangung jawab pasti akan minta pertolongan pada sesama orang dewasa, bukannya anak-anak. Jadi, ajari anak untuk menjauh dari orang asing yang minta diantar mencari alamat, minta ditemani mencari uang yang hilang, hewan peliharaan yang kabur, dll.
- Menjauh dari mobil asing. Sekali tergoda untuk masuk ke dalam kendaraan milik orang tak dikenal, akan kecil kemungkinan bagi anak-anak untuk melarikan diri darinya. Ajari anak untuk tidak menumpang ataupun sekadar melihat-lihat kendaraan milik orang asing.
- Berteriak kala terancam. Senjata utama yang dimiliki anak-anak kala terancam adalah suara mereka yang nyaring melengking. Jadi, ketika merasa dirinya terancam, ajari si kecil untuk menjerit sekeras-kerasnya meminta tolong.
- Percaya insting. Anak-anak tidaklah senaif yang dibayangkan orang. Meski tak mampu menjelaskan, mereka bisa mendeteksi gelagat tak baik yang ditunjukkan orang lain. Jika merasa tidak nyaman, ajari anak untuk segera ambil langkah seribu dan mencari tempat yang aman.
Subscribe to:
Posts (Atom)